Berkaca dari beberapa pengalaman saya di Jogja sebelumnya, kali ini sedikit berbeda. Kota istimewa yang sudah saya kenal sejak lama seketika berubah menjadi kota yang sangat istimewa.
Tepatnya pada tanggal 7 Maret 2023, saya mengikuti kegiatan studi kampus di sekolah saya. Studi kampus ini di selenggarakan oleh SMAN 3 Babelan, sekolah saya tercinta, dan juga dibantu oleh berkah wisata sebagai pemandu sekaligus pemilik tour studi kampus ke Jogja.
Sebenarnya saya tidak terlalu penasaran dengan Jogja, bagaimana pun juga Jogja sudah melekat di hati saya. Kota yang dikelilingi wilayah Jawa tengah ini sangat populer oleh wisatawan mancanegara.
Awalnya sebelum berangkat studi kampus, kami masuk ke kelas dulu untuk mendengarkan arahan dari pemandu. Area sekolah tiba-tiba dipenuhi oleh bus pariwisata. Setelah beberapa lama kami menunggu di area sekolah, akhirnya kami berangkat pada jam 2 siang.
Selama diawal perjalanan, kami di sambut oleh para busmania, mereka menyambut kami dengan meriah. Saat itu juga, telolet di bunyikan sepanjang jalan. Sorak meriah tak terbayangkan pada saat itu, indahnya suasana kota tak akan bisa tergantikan dengan berapa banyaknya uang sekalipun. Selama perjalanan, kami juga dikawal oleh polisi, mereka membantu kami untuk menertibkan jalan.
Hingga pada akhirnya, semua itu berakhir dengan hening. Ketika bus sudah masuk tol, kami sudah tidak dikawal polisi dan para busmania juga sudah tidak mengikuti kami. Pemandangan tol terlihat biasa saja, saya juga sudah sering melewati tol Jakarta - Cikampek. Ratusan KM ditempuh dengan kecepatan tinggi, konstan di 100km/jam.
Sekadar informasi saja, jalan tol Jakarta - Cikampek merupakan jalan tol dengan kapasitas terbesar di Indonesia, tol ini mampu menampung sekitar 600.000 kendaraan per hari.
Pemandangan di tol memang terasa membosankan, hanya ada sawah, gedung-gedung tinggi, dan pabrik-pabrik. Hingga pada akhirnya, kami berhenti istirahat di Rest Area KM 57. Disini kami hanya beristirahat sejenak, buang air kecil, shalat, dan ada juga yang belanja di minimarket. Setelah sekitaran 30 menit kami beristirahat, akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke Jogja.
Cakrawala tak terbayangkan di tol Jakarta - Cikampek ini. Keelokan yang tak terbayangkan tadi seketika sirna, ketika saya melihat kota yang dulu pernah saya singgahi, kini hilang begitu saja dalam ingatan. Entah berubah nama atau bahkan terang-terangan sudah dimakan waktu.
Singkatnya, tol Cikampek pun telah kami lewati, kini kami masuk ke gerbang tol Palimanan. Saya agak awam daerah sini, jadi mungkin bagi saya kurang familiar.
Tak terasa, sore pun telah berlalu. Kami sudah memasuki malam, sembari diiringi lagu sedih yang membuat siapapun merasa bahagia. Saya yakin, banyak yang hari ini sedang kehilangan seseorang, tapi setiap masalah ada untuk membuat kita menjadi lebih kuat dari hari ini.
Walaupun malam ini terasa ramai, tapi bagi saya sunyi, hampa, dan sepi. Terus terang, sepanjang jalan di tol ini mengingatkan kepada masa lalu yang sudah terkubur dan terpatri di dalam hati saya. Setelah beberapa lama kami melewati tol Cipali, kami akhirnya istirahat di RM Kedung Roso untuk makan malam, shalat, dan juga ke kamar mandi.
Seperti umumnya, kebanyakan bus pariwisata berhenti istirahat di RM yang jauh dari bus AKAP. Sebenarnya di RM Kedung Roso ini juga ada beberapa bus AKAP, seperti Putera Remaja, Garuda Mas dan beberapa bus AKAP lainnya.
Menu makanan di RM ini cukup sederhana, ada beberapa macam menu seperti ayam, sayur sop, mie, tahu dan tempe. Meski sederhana, kami menikmati hidangan di RM ini dengan penuh bersyukur. Bagi saya, apapun menu makanan yang disediakan, selagi kita makan bersama, lagipula yang terpenting disini bukan menu makanannya tapi kebersamaannya.
Ditemani derasnya hujan, kami menikmati makan malam di RM Kedung Roso ini, mungkin hanya RM biasa tapi memiliki kenangan yang luar biasa. Usai makan malam, kami shalat isya di mushola terdekat yang ada di RM Kedung Roso ini.
Rintik hujan tambah deras, malam ini terasa sangat dingin. Ada satu momen yang saya ingat pada malam ini, yaitu ketika salah satu teman saya ingin masuk ke dalam bus. Saya memegangi payung, dan mengantar teman saya ke dalam bus. Genggaman itu semakin terasa ketika saya dipanggil oleh teman saya entah namanya siapa, mereka berdua, tapi kami satu bus. Saya kembali memegangi payung itu, dan mengantar mereka ke dalam bus. Sialnya disitu, saya malah kehujanan, dan jaket saya basah, ditambah saya harus kembali mengembalikan payung itu kepada yang punya, yahh basah deh jaket saya, tapi ya sudahlah setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Keheningan malam tak terasa disini, kata-kata kiasan sudah tak ada artinya. Mereka jauh dari keluarga, jauh dari orang tua, jauh dari sanak saudara.
Bus yang kami naiki melanjutkan perjalanan ke Jogja. Melewati beberapa rute, seperti Pejagan, Brebes, Pemalang, Semarang, Muria, Boyolali, Klaten, Solo, dan Jogja.
Saya memang agak sedikit membenci keramaian, tapi saya tetap menikmati perjalanan ini. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Kami sudah sampai di Rest Area 379A, saya pergi ke minimarket untuk membeli air mineral bersama teman saya. Di sini, kami istirahat cukup lama, kurang lebih hampir 2 jam, suasana lengang, ditambah gelapnya malam. Ada beberapa teman saya yang membeli kopi, pop mie, teh, atau bahkan jajanan lainnya. Singkat cerita, bus pun berjalan kembali, kami dihimbau masuk kembali ke dalam bus.
Terus terang, saya belum pernah lewat sini, karena biasanya kalau saya ke Jogja atau Semarang, saya selalu lewat jalur selatan. Tepatnya melewati, Bumiayu, Ajibarang, Banyumas, Kebumen, Purworejo, dan nanti lewat barat Jogja, di Kabupaten Kulonprogo.
Setelah beberapa lama bus berjalan, saya tertidur lelap. Tiba-tiba, kami berhenti di RM Grafika Restaurant untuk shalat, mandi, dan makan. RM Grafika Restaurant sendiri terletak di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di RM ini terdapat beberapa menu makanan, banyak teman-teman saya berpendapat bahwa makanan disini hambar. Menu makanan disini cukup sederhana, seperti sayur sop, tempe, tahu, kerupuk, sambal, dan lainnya. Lauk disini sungguh sederhana, saya mengatakan seperti itu karena di RM lainnya cukup 'wahh' menunya.
Setelah kira-kira 2 jam kami istirahat di RM Grafika Restaurant ini, kami melanjutkan perjalanan ke Tebing Breksi. Perjalanan ke Tebing Breksi kurang lebih memakan waktu 20 menit. Kami dikawal kembali oleh polisi, jalanan yang terus menanjak membuat saya agak sedikit pusing. Jalanan yang terus menanjak, dan matahari yang mulai terik membuat saya agak sedikit ngantuk disitu, saya menutup gorden kaca bus itu.
Pemandangan di tebing breksi sangat indah, awal-awal kami disambut dengan beberapa pedagang yang menjual minuman dan makanan, baik makanan ringan maupun makanan berat. Tebing breksi ini terdiri dari tebing-tebing besar batu breksi khas hasil letusan gunung. Populer bagi wisatawan, pendaki, dan pencinta alam. Dengan ketinggian mencapai puluhan meter, menawarkan pemandangan spektakuler dan menakjubkan.

Seluruh ekspektasi saya di Tebing Breksi ini sudah terbayarkan. Hingga suatu ketika, kami diperintah mengganti pakaian untuk studi kampus di UNY. Kami mengganti batik yang sudah diberikan satu minggu yang lalu, dan melanjutkan perjalanan ke UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Disini ada kejadian yang menurut saya unik, awalnya saya ingin mengganti pakaian di Toilet tapi semuanya sudah penuh. Akhirnya, kami mengganti pakaian di Mushola. Dalam hati saya, "Ahh masa sih kita ganti baju disini". Singkat cerita, tanpa berpikir panjang kami mengganti pakaian di Mushola dan melanjutkan perjalanan ke UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), perjalanan memakan waktu kurang lebih 40 menit.

Meskipun perjalanan terasa sedikit membosankan, tapi juga dibarengi dengan kebahagiaan. Bosan yang dimaksud disini itu seperti, ekspektasi kita yang terlalu berlebihan, dan realita yang tidak sesuai ekspektasi. Matahari sudah terik, itu tandanya sudah puncaknya siang. Kami turun dari bus, di depan sudah terlihat UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Sudut pandang orang tentang UNY mungkin berbeda, saya disini berusaha netral dan tidak memihak siapapun.
Sesampainya kami di UNY, kami istirahat makan siang dan shalat. Makan siang disini nasi box, menu makanannya agak berat, nasi putih, rendang, telur balado, kerupuk, sayuran, dan buah pisang. Setelah selesai makan, kami bergegas ke mushola untuk shalat zuhur dijamak dengan ashar, karena dikhawatirkan jadwal terlalu padat, sehingga tidak sempat shalat ashar. Disini sebenarnya minoritas, banyak juga yang tidak shalat, kami termasuk rombongan terakhir di studi kampus ini karena tadi kami shalat dulu, jadi terakhiran deh.
Setelah selesai shalat, kami menuju ke perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta. Sedikit informasi, Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Yogyakarta dengan koleksi lebih dari 600.000 judul buku dan jurnal.
Setelah itu, kami lanjut menuju Museum Pendidikan Indonesia, disana terdapat banyak sekali ukiran, corak, benda-benda antik seperti papan tulis, buku-buku sekolah, alat peraga, dan alat musik tradisional. Museum ini juga menawarkan informasi tentang pendidikan dari masa pra-kemerdekaan hingga saat ini, termasuk tentang tokoh-tokoh pendidikan dan sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Beberapa tokoh pendidikan yang dipamerkan di Museum Pendidikan Indonesia antara lain Ki Hajar Dewantara, Raden Fatah, Kartini, dan Mohammad Hatta.

Setelah merasa cukup melihat isi Museum Pendidikan Indonesia. Kami melanjutkan perjalanan menuju Gedung Rektorat UNY untuk mendengarkan seminar. Sekitar 1 jam seminar ini selesai, seminar ini membahas tentang bagaimana sejarah awal UNY, fakultas UNY, prodi di UNY, fasilitas di UNY, KIP Kuliah dan lain-lain. Seminar sudah selesai, dilanjut perjalanan studi kampus ke UGM (Universitas Gadjah Mada).
Senja sudah nampak, matahari sudah tak tepat di atas kepala. Kami tiba di UGM, kami disambut ramah oleh rektor UGM. Tidak jauh berbeda, kurang lebih sama kami di UGM juga melakukan dokumentasi, dilanjut seminar. Disini menurut saya sedikit membosankan, tapi saya tetap menghargai dan mengikuti semua rangkaian acara ini hingga selesai. Saya agak menyayangkan acara ini, terlebih saat waktunya magrib, saya ingin shalat magrib saja sulit.
Setelah selesai shalat magrib, kami makan malam bersama di UGM ini. Lupakan apa yang terjadi tadi di UGM, sekarang kami sudah tiba di hotel Grage Bussines. Kami melakukan check in, dan masuk ke kamar kami masing-masing. Saya sekamar dengan 3 orang teman saya, Rasyid, Haekal, dan Rizal. Sesampainya kami di kamar, kami segera bersih-bersih badan, shalat dan istirahat.
Grage Business Hotel Yogyakarta merupakan salah satu hotel di Yogyakarta yang cukup terjangkau, sehingga menjadi pilihan populer bagi wisatawan yang mencari akomodasi dengan harga yang terjangkau namun tetap nyaman dan berkualitas. Hotel ini memiliki 138 kamar yang didesain dengan konsep modern dan minimalis, dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti TV kabel, AC, dan koneksi internet Wi-Fi gratis.
Malam itu, kami kurang cukup istirahat. Jadwal tidur kami terganggu dan diantara kami juga banyak yang begadang. Namun, semuanya terbayarkan dengan pengalaman baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Keesokan harinya, kami bersiap-siap mandi, setelah itu sarapan di lantai 2. Kami ke lantai 2 dengan lift, untungnya waktu itu lift masih sepi. Setelah selesai makan, kami lanjut perjalanan ke Lava Tour Merapi, perjalanan ini perkiraan memakan waktu 1 jam. Kami berhenti di pangkalan Jeep, disitu banyak Jeep yang siap mengantarkan kami naik ke Bunker Kaliadem.
Bunker Kaliadem merupakan sebuah kompleks bunker yang terletak di lereng Gunung Merapi. Sebelum menjadi tempat wisata seperti sekarang, bunker Kaliadem dulunya berfungsi sebagai tempat perlindungan saat terjadi letusan Gunung Merapi. Bunker ini dirancang tahan suhu tinggi dan tekanan udara, serta sistem ventilasinya mencegah terkontaminasi gas berbahaya.
Lokasi bunker yang berada di lereng Gunung Merapi membuatnya mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan tempat berlindung saat terjadi letusan. Oleh karena itu, Bunker Kaliadem menjadi tempat perlindungan yang aman dan efektif bagi masyarakat yang terkena dampak letusan Gunung Merapi.
Ketika Gunung Merapi meletus, awan panas atau wedus gembel dapat sangat membahayakan manusia. Wedus gembel terdiri dari awan yang terdiri dari gas-gas panas dan debu vulkanik yang dapat mencapai suhu ratusan derajat Celsius dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Hal ini dapat membakar, melukai, atau bahkan membunuh orang yang terkena dampaknya.
Informasi diatas saya rangkum dari beberapa sumber, dan juga dari guru sejarah saya. Guru sejarah saya mengerti banyak hal, dia mengajarkan kami untuk tidak main-main di bunker Kaliadem, khawatir makhluk lain disana marah. Guru saya mengatakan, "Disana gak cuma ada manusia, ada juga jin dan makhluk lain, jadi jangan main-main disana, yang sering ngomong kotor tolong dijaga, karena kita disini sebagai tamu". Yaa, kurang lebihnya seperti itu. Saya juga manusia biasa yang kadang lupa, tapi ya dari sekian banyaknya guru saya berbicara hanya itu yang saya ingat.

Setelah merasa puas mengilingi lereng Gunung Merapi, kami kembali ke Jeep untuk offroad. Disana saya sudah sedia payung sebelum hujan, maksudnya jas hujan. Suasana Merapi pada saat itu sedikit kabut dan mendung, saya khawatir di tengah perjalanan hujan. Kami naik Jeep dan melewati jalanan yang penuh lumpur, kami memutari jalan itu dengan terombang-ambing. Pegas rem tak terkendali, kami terhanyut dalam kebahagiaan. Momen itu tak dapat saya lupakan, walaupun saya sedikit sulit mendeskripsikan, namun suatu nanti akan menjadi kenangan.
Waktu berjalan sangat cepat, kami sudah sampai di tempat awal kami naik Jeep. Ini waktunya kami makan siang, kami pergi ke RM untuk makan siang. Saya kurang tahu RM apa disini, karena letaknya juga cukup jauh dari pedalaman. Menu makanan disini juga cukup sederhana, hampir mirip seperti di RM sebelumnya. Ada nasi, lauknya ayam dan tempe, beragam sayuran, kerupuk, sambal, dll. Setelah makan siang, kami shalat di mushola terdekat. Setelah selesai shalat, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke HeHa Sky View di Bukit, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Perjalanan perkiraan memakan waktu 1 jam.

Tidak banyak yang bisa saya jelaskan di HeHa Sky View ini, yang jelas disini banyak spot foto dan view yang indah. Ada juga benda sejenis teropong, dari teropong itu kita bisa melihat satu provinsi Jogja. Untuk bisa mencoba teropong tersebut, kita harus bayar 5 ribu. Dari segi pemandangan, HeHa Sky View memiliki pemandangan yang cukup indah, dan menakjubkan, bahkan saya rasa siapapun yang kesini pasti merasa sangat bersyukur. Mungkin itu saja di HeHa Sky View, saya juga masih awam mengenai wisata ini. Perjalanan selanjutnya yaitu Oleh-oleh dan Batik Wong Jogja, perjalanan perkiraan memakan waktu 2 jam.

Jogja terkenal dengan Bakpianya. Tak heran, jika banyak dari mereka membeli Bakpia untuk oleh-olehnya. Saya akan menjelaskan sedikit kenapa Bakpia Jogja cukup terkenal dan digemari banyak orang. Mulai dari rasanya yang enak dan unik, variasi rasa yang beragam, dan nilai historisnya. Kenapa saya bilang seperti itu? Bakpia Jogja memiliki rasa yang enak dan unik karena bahan utamanya adalah kacang hijau yang sudah dicampur dengan gula. Selain itu, variasi rasanya juga beragam mulai dari kacang hijau, cokelat, keju, kacang mete, durian, bahkan kemarin saya lihat ada matcha.
Bakpia Jogja sudah ada sejak zaman dahulu kala dan menjadi salah satu ciri khas dari Yogyakarta. Sejarah panjang bakpia Jogja ini menjadikannya sebagai camilan yang memiliki nilai historis dan kultural yang tinggi, sehingga banyak orang yang tertarik untuk mencobanya. Cukup segitu ya? Sudah paham kan kenapa Bakpia Jogja cukup terkenal dan digemari banyak orang.
Singkat cerita, saya membeli 1 bakpia rasa durian dan 1 bakpia rasa coklat isi 10. Saya mengantri di kasir dan membayarnya, harga 1 bakpia disini yang isinya 10 adalah 33 ribu. Setelah transaksi selesai, kami keluar dari toko oleh-oleh itu dan ternyata hujan deras. Bahkan, saya saja tidak menyadari kalau dari tadi hujan. Kami masuk ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan ke Hotel, perjalanan perkiraan memakan waktu 10 menit, selama di perjalanan kami diberi nasi box untuk makan malam.
Perjalanan yang melelahkan ini ternyata menjadi kenangan yang tak terlupakan. Setelah sampai di hotel, kami bersih-bersih, shalat, dan makan nasi box yang sudah kami bawa tadi dari bus. Memang banyak pengalaman berharga disini, tapi bagi saya buat apa pengalaman berharga kalau tidak diabadikan hehe, disini saya menulis ini ya salah satu tujuannya untuk mengabadikan momen berharga ini.
Pada malam terakhir ini, kami dibebaskan untuk pergi kemana saja. Kami pergi ke malioboro dan membeli beberapa oleh-oleh disana, saya hanya membeli sedikit gantungan kunci, dan souvenir untuk dibawa ke rumah. Sebenarnya ada juga beberapa teman saya yang mampir ke 0KM, atau tempat-tempat bersejarah lain di sekitaran Malioboro. Namun, malam ini waktunya cukup terbatas jadi saya hanya mengelilingi Malioboro saja, yaa next time mungkin bisa lebih explor ke tempat-tempat wisata disana. Tapi terus terang saja ya, ini bukan kali pertamanya saya ke Malioboro jadi yaa saya tidak terlalu penasaran dengan Malioboro, bahkan bisa dibilang Malioboro biasa saja buat saya.
Setelah beberapa lama kami berjalan-jalan di Malioboro, kami kembali ke hotel dan beristirahat, ini malam terakhir kami di Hotel sekaligus menyisakan banyak kenangan berharga yang tidak bisa saya lupakan sampai kapanpun. Sebenarnya sebelum tidur, kami ada ngobrol, nonton TV, dan jaim bareng lah sama teman sekamar.
Kebetulan malam ini saya juga ngantuk banget, jadi saya tidur duluan. Entah apa yang terjadi semalam, ada yang bilang di lantai 3 apa lantai 2 gitu ada yang kesurupan, entah itu benar apa enggak, saya juga tidak tahu pasti, tapi yang jelas tidur saya sudah cukup dan siap mengikuti kegiatan berikutnya.
Pada hari terakhir di hotel ini, saya mandi pertama, ya pada saat itu juga saya bangun pertama. Setelah mandi, saya packing tas dan memastikan tidak ada yang tertinggal di hotel.
Setelah semuanya sudah siap, kami bergegas ke lantai 2 untuk sarapan dan sekaligus makan terakhir di hotel. Tak disangka, ternyata kami datang paling awal, belum ada satu orang pun yang sarapan. Kami disini sedikit leluasa dan bisa mengambil makanan apapun yang ingin kami makan. Menu makanan disini lagi-lagi cukup sederhana bagi saya, tapi yang berbeda disini ada coco crunch, susu, dan roti.
Sarapan sudah selesai, kami kembali ke Hotel untuk membawa koper dan tas kami ke dalam bagasi bawah bus. Sebenarnya saya hanya membawa satu tas gendong sih, tapi ada salah satu teman sekamar saya yang menaruh tasnya di bagasi bawah. Akhirnya semuanya selesai, tak lupa kami juga mengembalikan kartu kamar hotel kami ke resepsionis hotel.
Pemandu dan juga guru kami memastikan kami agar semuanya sudah siap dan tidak ada barang yang tertinggal atau tertukar di hotel. Saya juga mengecek kembali barang bawaan saya, dan ternyata sudah lengkap. Tak perlu waktu lama, bus pun berjalan meninggalkan Hotel Grage Bussines. Ya saya tahu persis, banyak kenangan disana yang tak dapat saya lupakan, tapi yaa sudah waktunya pulang, mau bagaimana lagi? hehe.
Perjalanan berikutnya, kami akan pergi ke Kaos Gareng & Batik khas Jogja, perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar 2 jam. Sedikit informasi, Kaos Gareng Jogja adalah simbol identitas lokal bagi masyarakat Jogja yang menunjukkan cinta dan kecintaan mereka terhadap budaya Jawa dan kota Jogja. Kaos ini sering digunakan dalam acara budaya atau sebagai bagian dari pakaian sehari-hari masyarakat Jogja, serta menjaga warisan budaya yang ada.
Disini saya juga membeli bakso, satu porsinya cukup murah yaitu hanya Rp7.000 saja. Saya memakan bakso di belakang bus sembari menunggu bus jalan.
Pada Toko Kaos Gareng ini kami berhenti cukup lama, yaitu sekitar 2 jam. Awalnya, dijadwal kami seharusnya shalat jumat di masjid yang ada di sekitaran Solo atau Demak, cuma karena tidak terburu yaa akhirnya kami tidak jadi shalat Jum'at.
Seringkali, saya mendapat pertanyaan mengapa tidak menggunakan bahasa yang lebih santai saja. Sejujurnya, saya juga ingin menggunakan bahasa yang lebih santai dan akrab dengan teman-teman saya. Namun, saya menyadari bahwa banyak orang yang membaca tulisan saya berasal dari luar pulau Jawa dan tidak terbiasa dengan bahasa yang kurang baku.
Dalam hidup, terkadang kita harus menyesuaikan diri dengan situasi dan orang yang berbeda. Hal ini juga berlaku dalam dunia tulis-menulis. Kita harus mempertimbangkan siapa target pembaca kita dan berusaha menulis dengan bahasa yang dapat dicerna oleh mereka semua.
Singkat cerita, kami berhenti istirahat sekaligus shalat zuhur di RM Tamansari, di Solo. Menu makanan di rumah makan ini cukup sederhana, tapi yang unik saya menemukan teh yang ada tawonnya.
Tak beranjak lama, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah. Bus yang kami naiki memasuki tol, sepanjang jalan kami melihat banyak sawah, pohon-pohon tinggi seperti cemara, dan juga sebelum memasuki tol tadi kami melihat bandara Adi Soemarmo, walaupun hanya dari luar saja, tapi itu sudah luar biasa buat saya.
Tak ada yang begitu menarik disini, hanya saja ketika keluar dari tol kami langsung disambut oleh makanan yang lezat. Ya, kami kembali lagi di RM yang sebelumnya (awal kami berangkat), kami disini hanya singgah sebentar untuk shalat, makan, dan ke kamar mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, bus kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke rumah. Singkat cerita, lampu disko dan DJ di dalam bus pun dinyalakan, kami terlarut dalam kebahagiaan disitu, akhir dari semua cerita ini. Hingga pada akhirnya, semuanya pun hanya kenangan saja.
Tepat pukul 00.51, bus yang kami naiki akhirnya sampai di sekolah kami, dan kami pulang ke rumah masing-masing.
Untuk fasilitas busnya sendiri pun cukup sederhana, diantaranya seat 2-3, AC, Non Toilet, tanpa Legrest.
Mungkin hanya itu saja pengalaman yang dapat saya bagikan pada kesempatan kali ini, saya paham bahwa masih banyak kekurangan, tapi saya akan mencoba untuk terus memperbaiki dan meningkatkannya setiap saat.
Terima kasih sudah membaca blog saya:)
Posting Komentar